Pengamat Politik dan Akademisi dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komaruddin, memberikan perhatian khusus terhadap usulan perdamaian antara Rusia dan Ukraina yang diajukan oleh Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, dalam forum IISS Shangri-La Dialogue baru-baru ini.
Ujang menilai ide dan gagasan yang disampaikan oleh Prabowo sebagai subjek yang pantas untuk dibahas secara publik.
Menurut Ujang, Prabowo adalah salah satu dari sedikit tokoh yang mendorong perdamaian dunia setelah era Soekarno atau Bung Karno.
"Setelah Soekarno, hampir tidak ada tokoh perdamaian dunia lainnya. Namun, tampaknya Prabowo memiliki jiwa kepemimpinan dan keinginan yang kuat untuk memprioritaskan perdamaian dunia di panggung internasional," kata Ujang, Kamis (8/6/2023).
Baca Juga:Temui Massa Aksi, Bobby Nasution Didaulat Jadi Bapak Toleransi
Ujang menekankan, Prabowo mencoba untuk membawa kedua negara, Rusia dan Ukraina, yang sudah berkonflik selama kurang lebih 1,5 tahun, kembali ke jalan damai. Konflik ini telah mempengaruhi perekonomian global.
Ujang menambahkan, "Perang sangatlah menyakitkan. Ini merusak, membunuh warga yang tidak berdosa, termasuk anak-anak dan orang tua."
Dalam forum internasional tersebut, Prabowo telah menawarkan beberapa solusi bagi konflik Rusia-Ukraina, melibatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mencari jalan damai antara dua negara tersebut.
"Prabowo memiliki niat baik dan biasanya orang-orang dengan niat baik seringkali tidak disukai dan bahkan dihujat. Namun, saya percaya bahwa jika tujuannya untuk kebaikan dan kepentingan negara, ini adalah langkah yang wajar," kata Ujang.
Prabowo memaparkan proposal resolusinya untuk perdamaian Ukraina-Rusia di forum IISS Shangri-La Dialogue di Singapura, pada Sabtu (3/6).
Baca Juga:Bikin Penasaran! Megawati Disebut Bakal Kasih Kejutan Saat Tutup Rakernas III PDIP
Ada lima poin utama dalam proposal tersebut, mulai dari gencatan senjata, penarikan pasukan, pembentukan pasukan pemantau PBB, pengerahan pasukan PBB dari negara-negara yang disepakati oleh Ukraina dan Rusia, hingga PBB mengorganisir dan melaksanakan referendum di wilayah sengketa.
Sementara proposal Prabowo mendapat respons yang berbeda dari Ukraina dan Rusia.
Ukraina menolak usulan tersebut karena dianggap mencerminkan keinginan Rusia. Sementara pihak Rusia menyambut baik setiap usulan perdamaian, termasuk yang diajukan oleh Menteri Pertahanan Indonesia.