Deli.Suara.com – Harga minyak mentah dunia turun pada akhir pekan lalu setelah China memperluas pembatasan Covid-19. Walau begitu, harga patokan minyak mentah siap untuk kenaikan mingguan di tengah kekhawatiran pasokan dan data ekonomi yang secara tak terduga menguat.
Pada Senin (31/10/2022), brent berjangka turun 89 sen, atau 0,92 persen menjadi menetap di USD 96,07 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 88 sen, atau 0,99 persen, menjadi USD 88,20.
Bensin berjangka AS turun sekitar 3 persen, sementara Solar berjangka AS naik sekitar 5 persen ke level tertinggi sejak pertengahan Juni.
Untuk minggu lalu, Brent naik sekitar 2 persen dan WTI naik sekitar 3 persen.
Baca Juga:Susi akan Dikonfrontir dengan Kuat Maruf Jika Terbukti Bohong akan Ditetapkan Sebagai Tersangka
“Diesel masih (adalah) komponen terkuat menjelang berakhirnya kontrak pasar future periode November pada Senin (pekan depan),” ucap Analis di perusahaan konsultan energi Ritterbusch and Associates.
China meningkatkan pembatasan Covid-19 pada hari Kamis, menutup gedung dan mengunci distrik setelah China mendaftarkan 1.506 kasus baru infeksi Covid pada 27 Oktober, kata Komisi Kesehatan Nasional, naik dari 1.264 kasus baru sehari sebelumnya.
Dana Moneter Internasional memperkirakan pertumbuhan China melambat menjadi 3,2 persen tahun ini, turun 1,2 poin dari proyeksi April, setelah naik 8,1 persen pada 2021.
“Sulit membuat alasan untuk rebound dalam pembelian minyak mentah China mengingat latar belakang ketidakpastian atas kebijakan nol-Covid,” ucap Analis PVM Oil Stephen Brennock.
PetroChina mengatakan permintaan China untuk bahan bakar olahan dan gas alam diproyeksikan tetap tumbuh tahun-ke-tahun di kuartal keempat seiring dengan pemulihan ekonomi yang diharapkan karena Beijing meluncurkan lebih banyak kebijakan stimulus.
Baca Juga:Damainya Rizky Billar dengan Lesti Kejora Dinilai Janggal, Ternyata Pakar Ekspresi Temukan Hal Ini
Data pada hari Kamis menunjukkan rebound kuat dalam produk domestik bruto (PDB) AS pada kuartal ketiga, menunjukkan ketahanan di ekonomi terbesar di dunia dan konsumen minyak.
Ekonomi Jerman juga tumbuh secara tak terduga pada kuartal ketiga, data menunjukkan pada hari Jumat. Ekonomi terbesar Eropa itu dalam situasi resesi dan inflasi tinggi serta kekhawatiran pasokan energi menjelang larangan Eropa terhadap impor minyak mentah Rusia.
“Pasar tetap waspada terhadap tenggat waktu yang akan datang untuk pembelian minyak mentah Rusia di Eropa sebelum sanksi dimulai pada 5 Desember,” ucap Analis ANZ Research dalam sebuah catatan.
Raksasa minyak dan gas global termasuk Exxon Mobil, Chevron dan Equinor membukukan laba kuartal ketiga yang besar, memicu kritik dari kelompok konsumen di Amerika Serikat dan Eropa.
Presiden AS Joe Biden telah mengatakan kepada perusahaan minyak bahwa mereka tidak melakukan cukup banyak upaya untuk menurunkan biaya energi.
Rig minyak dan gas alam AS turun minggu ini, tetapi pada bulan Oktober tidak ada kenaikan bulanan, mereka sejak Juli, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemungkinan akan mempertahankan pandangannya bahwa permintaan minyak dunia akan meningkat selama satu dekade lagi.
Sumber: Suara.com