Deli.Suara.com - SKK Migas tengah bersiap menghadapi krisis ekonomi pada tahun 2023 yang berpotensi berdampak pada industri migas dengan berhati-hati dalam melakukan kegiatan di sektor tersebut.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, inflasi yang semakin bergerak naik bisa menyebabkan krisis ekonomi dan berdampak pada turunnya permintaan pada sekitar industri migas hingga pada harga minyak dunia.
“Krisis ekonomi dampaknya kepada industri migas adalah turunnya permintaan sangat drastis dan di sana juga akan berdampak lebih, baik demand, produksi dan kemudian tentu harga. Oleh karena itu kita masih sangat hati-hati bicara menganalisa harga ke depan,” jelas Dwi Soetjipto, dikutip Selasa (18/10/2022).
Dwi menambahkan, isu transisi energi dari berbasis fosil menjadi energi baru terbarukan juga akan mengurangi permintaan migas dan berdampak pada rendahnya minat investasi di sektor tersebut.
Baca Juga:Ragam Kejanggalan Perintah 'Hajar Chad' oleh Ferdy Sambo Kepada Bharada E
“Bahkan keseriusan untuk investasi dan energi baru terbarukan menjadi sangat masif. Buat industri migas tentu saja tidak gampang lagi mencari pendanaan, mencari orang yang bersedia untuk investasi di dunia industri migas,” paparnya.
Dwi menjelaskan, lima isu pada tahun 2023 yang mempengaruhi kondisi minyak dunia antara lain OPEC yang memotong produksi minyak yang dapat menaikkan harga minyak setelah sempat turun karena tingginya inflasi, produksi migas AS yang sangat berpengaruh pada harga dunia, kebutuhan konsumsi migas dari China yang akan meningkatkan permintaan, ketidakpastian dari kebijakan yang akan diambil oleh Rusia dalam konflik dengan Ukraina dan ancaman perang nukllir.
Walau begitu, SKK Migas memprediksi harga minyak dunia di angka 90 dolar AS pada tahun 2023. Angka itu bisa kembali turun jika terjadi pelemahan ekonomi dunia.
Sumber: Suara.com
Baca Juga:Dapat Warning dari Presiden Korsel, Minta Shin Tae-yong Tetap Jadi Pelatih Timnas Indonesia