Deli.Suara.com - Dalam sepekan ke depan, kinerja pasar keuangan global bakal kembali dihadapkan pada sejumlah data ekonomi yang berpeluang memicu tekanan.
Di awal pekan akan ada rilis data inflasi inti Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan stabil di angka 4.7 persen.
Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menyampaikan, akan ada rilis data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal kedua (Q2) yang sejauh ini diprediksi mengalami kenaikan dari kuartal sebelumnya.
"Masih dalam sepekan ke depan, indeks kepercayaan konsumen di AS diperkirakan juga kan mengalami penurunan," kata Gunawan, Senin (25/7/2022).
Baca Juga:Begawi dan Bandarlampung Expo 2022 Diharapkan Tumbuhkan Kreatifitas dan UMKM
Ia mengatakan, permintaan barang tahan lama juga diperkirakan tumbuh negatif. Ada data penting suku bunga acuan The FED yang diperkirakan akan dinaikkan menjadi 2.5 persen dari posisi 1.75 persen saat ini.
"Dari sejumlah data tersebut, data pertumbuhan ekonomi Q2 sejauh ini yang akan sedikit meredam kekuatiran pasar. Meskipun pasar pada akhirnya nanti akan melihat laju pertumbuhan ekonomi AS secara tahunan," katanya.
Gunawan menyampaikan, disitulah baru diputuskan apakah AS benar benar masuk dalam jurang resesi atau sebaliknya. Meskipun sejauh ini ekspektasinya AS akan masuk dalam jurang resesi.
"Tetapi jika ekspektasi pertumbuhan ekonomi itu meleset dan realisasi pertumbuhan ekonomi justru negatif, maka bisa dipastikan AS masuk jurang resesi," katanya.
Menurut Gunawan, zona euro juga akan merilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua yang diperkirakan tumbuh tipis. Namun secara tahunan pertumbuhan ekonomi zona euro akan terus melambat.
"Disisi lain, perang Rusia-Ukraina juga akan memperburuk kinerja pasar keuangan. Karena rencana ekspor gandum dari ukraina sepertinya kembali batal," ucapnya.
Gunawan mengatakan, pekan ini akan menjadi pekan yang sangat potensial memberikan tekanan pada IHSG, Rupiah hingga harga emas.
Pelaku pasar di pekan sebelumnya beruntung karena kebijakan BI tidak lantas memicu tekanan besar pada IHSG dan Rupiah.
"Akan tetapi saat ini kondisinya berbeda, sentimen di pekan ini jauh lebih buruk dan berpotensi menimbulkan tekanan yang besar bagi pasar keuangan global, tanpa terkecuali pasar keuangan domestik. Pelaku pasar akan lebih berhati hati lagi di pekan ini," tukasnya.