Akhir Pekan, Rupiah, IHSG dan Emas Membaik, Namun Pasar Belum Bebas Tekanan

kebijakan BI yang menahan bunga acuan memang akan membuat suku bunga perbankan tidak mengalami kenaikan.

Ananta Bangun
Jum'at, 22 Juli 2022 | 17:52 WIB
Akhir Pekan, Rupiah, IHSG dan Emas Membaik, Namun Pasar Belum Bebas Tekanan
Ilustrasi uang rupiah. (Ist)

Deli.Suara.com - Kinerja indeks harga saham gabungan atau IHSG terpantau ditutup menguat pada perdagangan Jumat (22/7/2022). 

IHSG ditutup naik 0.33% di level 6.886,96. Sementara kinerja mata uang rupiah yang terpantau sempat melemah hingga melewati level 15.050 selama sesi perdagangan, mampu berbalik dan menguat di kisaran level 15.005 per US Dolar pada perdagangan sore.

Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menyampaikan, dampak dari kebijakan BI yang mempertahankan besaran bunga acuannya sejauh ini tidak begitu berpengaruh besar bagi terhadap kinerja pasar keuangan domestik. 

"Semuanya masih terlihat baik baik saja, dan kinerja pasar keuangan nasional masih mampu mengikuti pola pergerakan pasar keuangan di kawasan regional asia," kata Gunawan Benjamin, Jumat (22/7/2022).
 
Gunawan mengatakan, kebijakan BI yang menahan bunga acuan memang akan membuat suku bunga perbankan tidak mengalami kenaikan. 

Baca Juga:KontraS Desak Kejagung Benahi Proses Penyidikan Pelanggaran HAM Berat hingga Minta Jokowi Evaluasi Kinerja Jaksa Agung

Menurutnya, kebijakan pro growth seperti itu memang akan membuat uang lebih banyak beredar di masyarakat, ketimbang menaikkan bunga acuan yang akan lebih banyak memicu berkumpulnya uang di perbankan dan tidak produktif.

Hanya saja, kata Gunawan, dorongan inflasi dari kemungkinan pelemahan mata uang rupiah ini yang perlu dikendalikan. 

"Karena sekalipun kebijakan BI akan memicu pertumbuhan ekonomi, akan tetapi yang menjadi persoalan selanjutnya adalah bagaimana kita menghindari inflasi dari kenaikan harga enerji yang bisa memicu pukulan berganda kepada rupiah," jelasnya.

Gunawan mengemukakan, rupiah sangat rentan untuk ditekan dari kenaikan harga enerji dunia dan potensi tekanan akibat capital outflow (dana keluar), akibat menipisnya perbedaan suku bunga antara BI dan The FED. 

"Sejauh ini potensi pembalikan modal sudah terlihat dari imbal hasil obligasi tenor 10 tahun Indonesia yang mengalami kenaikan di kisaran 7.4%," ucapnya.
 
Menurut Gunawan, kenaikan imbal hasil tersebut tentunya menunjukan harga obligasi tengah mengalami penurunan (discount). 

Baca Juga:5 Cara Mencintai Diri Sendiri, Patut Dicoba!

Meskipun kenaikan sejumlah komoditas ekspor unggulan Indonesia bisa mengurangi tekanan pada Rupiah.  Selain IHSG dan Rupiah, harga emas juga coba bangkit di akhir pekan ini. Harga emas diperdagangkan di level $1.724 per ons troy. 

"Kalau dirupiahkan dikisaran 834 ribu per gramnya. Namun pada dasarnya penguatan kinerja pasar keuangan dan emas di akhir pekan ini belum sepenuhnya menghilangkan kekhawatiran kemungkinan tekanan pasar dalam jangka pendek," tukasnya.

BERITA TERKAIT

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak