Deli - Peternak di Dusun XXII, Desa Pondo Rowo, Kecamatan Sampali, Deli Serdang menyebut saat ini ternak sapinya sudah melwati masa krisis penyakit mulut dan kuku (PMK). Meski demikian masih ada beberapa yang bergejala dan yang membaik belum pulih 100 persen.
Menjaga kebersihan, menyemprot desinfektan serta pemberian obat dan vitamin dianggap sangat berpengaruh pada proses penyembuhan.
Ketua Kelompok Tani Enggal Mukti, M. Sugito mengatakan, di kelompoknya ada 800 ekor sapi yang keseluruhannya terkena PMK. Pada mulutnya mengeluarkan liur, mulutnya terluka, tidak selera makan, nafasnya sesak, fisik lemah, kuku pecah dan luka, berat badan turun dan lainnya.
Bermula dari 1 ekor kemudian menular ke yang lainnya. Penularan PMK menurutnya tidak lepas dari 'bandelnya' sejumlah orang yang tetap mendatangkan ternak sapi dari Aceh yang mana sudah diwanti-wanti agar tidak tertular.
Dikatakannya, ada 2 ekor yang mati karena tak tertolong setelah fisiknya terus melemah. Kemudian beberapa ekor yang disembelih sebelum mati lalu dagingnya dibagikan ke warga. Peternak memberikan obat, vitamin dan ramuan tradisional yang terbuat dari kunyit, jage, lengkuas, gula merah dan lainnya.
Harapan mereka meminumkan ramuan tradisional itu hanya satu, sapinya sembuh. Kesembuhan adalah pilihan satu-satunya karena umumnya sapi yang dirawat anggotanya adalah investasi dari orang yang harus dipertanggungjawabkan. Selebihnya adalah yang sudah dipesan untuk Idul Adha.
"Jadinya kan harus kita jaga betul-betul. Kalau saja sampai tidak sembuh, kami bisa rugi banyak, dari waktu, tenaga, pikiran, dan lainnya," katanya, Sabtu (4/6/2022) siang.
Taufik Hidayat mengatakan, ada 140 ekor sapinya dan milik tetangganya yang diisolasi di dua kandangnya karena terkena PMK. Pantauan di lapangan, sebagian sapinya sudah tidak mengeluarkan liur di mulutnya.
Namun umumnya sudah mulai membaik karena sudah mau makan. "Masa krisisnya sudah lewat. Menurut saya 4 - 5 hari pertama itu masa krisisnya. Kunci penyembuhannya, kepedulian," katanya.
PMK ini, kata dia, mirip Covid-19 pada manusia. Cepat menular, bisa sembuh dan bisa mematikan. Sapi bisa mati karena PMK ini jika tidak ada kepedulian. Contoh dari kepedulian itu adalah, menjaga kebersihan, sering memandikan ternak, memberikan obat dan vitamin secara rutin.
"Seperti Covid lah. Hanya satu saja lah yang beda, sapi ini tak pake masker. Kalau ada masker untuk sapi, kupakekkan ke sapiku ini," katanya.
Dia sendiri menghabiskan lebih dari Rp 15 juta untuk membeli obat, vitamin dan alat-alat suntik lainnya. Demi kesehatan sapinya, dia tak segan untuk mengeluarkan uang banyak. Begitupun untuk jamu, per ekor dia keluarkan Rp 15.000 - 30.000.
PMK ini, kata dia, bisa disembuhkan. Namun di masa krisis, gejala yang timbul membuat peternak panik. Apalagi penyakit ini sudah lama tidak muncul.
"Hal penting lainnya adalah jangan panik. Saya katakan ke peternak, daripada panik, lebih baik mulai lebih peduli dengan ternaknya. Kebersihan dijaga. Kotoran-kotoran dibersihkan secara rutin, lalu sering dimandikan biar segar, kasih obat dan vitamin," katanya sambil menunjuk pada pekerjanya yang sedang sibuk menyapu dan menyemprot lantai kandang dengan air deras.